UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
Maret 2014
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum, wr wb
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadiran Allah Subhanahu wata΄ala, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
perkembangan emosi remaja
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta
didik. penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamualaikum.wr.wb
Malang, Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR
........................................................................................... ii
DAFTAR ISI
......................................................................................................... iii
BAB I
....................................................................................................................
1
A. Latar
Belakang ....................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah
...............................................................................................
3
BAB II ISI ..............................................................................................................
4
1) Hubungan
emosi dan Tingkah Laku
................................................................... 4
2) Karakteristik
Perkembangan Emosi Remaja
...................................................... 4
3) Faktor-faktor
yang mempengaruhi Perkembangan emosi Remaja ..................... 5
4) Perbedaan
Individual dalam Perkembangan Emosi Remaja
............................... 7
5) Upaya mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam
Pendidikan….. 7
BAB III…………………………………………………………………………..11
KESIMPULAN
.................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
12
BAB I
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari
sampai waktu tidur malam hari. Bermacam-macam pengalaman menimbulkan
macam-macam emosi pula.Menurut William James (dalam Wedge,1995) emosi adalah
“kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek
tertentu dalam lingkungannya”.
Sementara Hathersal (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi
psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi
wajah, dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan muka
merah, wajah seram, dan postur tubuh memegang, bertingkah laku menendang atau
menyerang, serta jantung cepat berdenyut.
Sedangkan Keleingina and Keleingina (1981), berpendapat bahwa emosi seringkali
berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi sering disamakan dengan istilah
perasaan (feeling) dan ekspresi tingkah laku, misalnya takut, sedih dan jijik,
senyum, dan melotot. Juga sering dihubungkan dengan respon-respon
fisiologis seperti sakit kepala, berkeringat dingin dan lain-lain.
Menurut Daniel Goleman (1995), sesungguhnya ada ratusan emosi bersama dengan
variasi, campuran, mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih
banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dari defenisi yang
digunakan untuk menjelaskan emosi.
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta
setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Dan ini cocok sekali dengan
dengan perkembangan pada masa remaja yang sedang mengalami berbagai
perubahan fisik pada dirinya. Yang menimbulkan reaksi emosi yang lebih
tinggi terutama jika orangtua , guru dan teman sebaya tidak memberikan respon
positif dengan segala perubahan yang dialami.
Banyak penelitian membuktikan bahwa salah satu penyebab remaja menjadi nakal
adalah karena mengalami gangguan emosi. Gangguan emosi menimbulkan rasa tidak
puas terhadap kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dapat timbul kebencian dan
kecemburuan terhadap orang-orang yang dilihatnya lebih beruntung dan
bahagia.Emosi tidak selalu jelek, sebagaimana ungkapan Jalaluddin Rakhmat
(1994), emosi memberikan bumbu kepada kehidupan , tanpa emosi hidup ini kering
dan gersang.
Memang, semua orang memiliki jenis perasaan yang sangat serupa, namun
intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yangn
membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagiaan
dan keberhasilan hidup.
Semua emosi pada
dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik
yang diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung,
tekanan darah, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis hormon,
malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis,dan rasa mual.
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson
(dalam Mahmud, 1990), tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu :
1. Marah,
orang bergerak menentang sumber frustasi.
2. Takut,
orang bergerak meninggalkan sumber frustasi.
3. Cinta,
orang bergerak menuju sumber kesenangan.
4. Depresi,
orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam
dirinya sendiri.
Sementara itu, Daniel
Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, sebagai berikut :
1. Amarah :
meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
rasa pahit, berang, tersinggumg, bermusuhan, tindak kekerasan dan
kebencian patologis.
2. Kesedihan : meliputi
pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak,
putus asa dan depresi.
3. Rasa takut : meliputi
cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada,
tidak tenang, ngeri, panik.
4. Kenikmatan : meliputi
bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan
indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan
mania.
5. Cinta :
meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kasmaran, kasih sayang.
6. Terkejut :
meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
7. Jengkel : meliputi
hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka.
8. Malu : meliputi
rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, hati hancur.
Berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di
San Fransisco ( Goleman, 1995) ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh
bangsa-bangsa di seluruh dumia, yaitu emosi yang diwujudkan dalam bentuk
ekspresi wajah yang didalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih dan senang.
Ekspresi wajah seperti itu benar- benar dikenal oleh bangsa-bangsa di seluruh
dunia meskipun memiliki budaya yang berbeda-beda, bahkan termasuk
bangsa-bangsa yang buta huruf, tidak terpengaruh oleh film, dan siaran TV.
Artinya ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki
universalitas tentang perasaan emosi tersebut.
Sementara itu Crider dkk (1983) mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif misalnya gembira, bahagia, sayang,
cinta dan berani. Emosi negatif misalnya rasa benci, takut, marah, geram dan
lain-lain.
Selanjutnya bila dilihat
dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :
1. Emosi
yang berkaitan dengan perasaan ( syaraf-syaraf jasmani) perasaan dingin, panas,
hangat, sejuk, dan sebagainya disebabkan oleh cuaca, kondisi, ruangan,
dan tempat dimana individu berada.
2. Emosi
yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan
sebagainya.
3. Emosi
yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, malu, sayang, benci
dan sebagainya. Lebih banyak disebabkan faktor hubungan dengan orang lain.
B. Rumusan
Masalah
1. Hubungan antara Emosi dan Tingkah
Laku.
2.
Karakteristik perkembangan emosi remaja.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi Remaja.
4. Perbedaan Individual Dalam
Perkembangan Emosi Remaja.
5. Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya
bagi Pendidikan.
BAB II
ISI
1). Hubungan Emosi Dan Tingkah Laku
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan.
Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi Senang.
Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang ia pelajari.
Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.
2). Karakteristik Perkembangan Emosi
Remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”,
dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun
benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke
waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru
dan harapan sosial baru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional
remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1. Cenderung banyak murung dan
tidak dapat diterka.
2. Bertingkah laku kasar untuk
menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3. Kemarahan biasa terjadi.
4. Cenderung tidak toleran
terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri.
5. Mulai mengamati orang tua dan
guru-guru mereka secara objektif.
• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18
tahun
1.
Pemberontakan remaja
merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju
dewasa.
2.
Banyak remaja
mengalami konflik dengan orang tua mereka.
3.
Sering kali melamun,
memikirkan masa depan mereka.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengarui
Perkembangan Emosi Remaja
Sejumlah penelitian
tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada
faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu
sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual
menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti
dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga
mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif
terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih
muda.
Kegiatan belajar juga
turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan
emosi, antara lain yaitu :
Ă˜ Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara
coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan
pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan
sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
Ă˜ Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi
dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
Ă˜ Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya
dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang
sama.
Ă˜ Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek
situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil
dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
Ă˜ Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan,
anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus
ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa
kanak-kanak menuju masa remaja. Mendekati berakhirnya remaja, seorang anak
telah melewati banyak badai emosional, ia mulai mengalami keadaan emosional
yang lebih tenang dan telah belajar dalam seni menyembunyikan
perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung
yang disembunyikan. Contohnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan
kemarahan, dan seseorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi ia malah
tertawa, sepertinya ia merasa senang.
Para remaja semasa
kanak-kanak, mereka diberitahu atau diajarkan untuk tidak menunjukan
perasaan-perasaannya, entah perasaan takut ataupun sedih. Akhirnya seringkali
mereka takut dan ingin menangis tetapi tidak berani menunjukan perasaan
tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi kehidupan atau kulturlah yang
menyebabkan mereka merasa perlu menyembunyikan perasaan-perasaannya. Tidak
hanya perasaan-perasaannya terhadap orang lain saja, namun pada derajat
tertentu bahkan ia dapat kehilangan atau tidak merasakan lagi.
Dengan bertambahnya
umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya
pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang
pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
4). Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi Remaja
Dengan meningkatnya usia
anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari
reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu
berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena
anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung
berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka.
Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu sebagian
disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan
intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan
anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak
yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan
dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka
lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah keluarga,
anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di
kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di
kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan
lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir
kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang
otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara
mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan
rasa kasih sayang. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah
cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan
anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.
5).Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Emosi negatif pada
dasarnya dapat diredam sehingga tidak memnimbulkan efek negatif, Beberapa cara
untuk meredam emosi adalah :
1.
Berfikir positif.
2.
Mencoba belajar memahami
karakteristik orang lain.
3.
Mencoba menghargai
pendapat dan kelebihan oranglain.
4.
Introspeksi dan mencoba
melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat
merasakannya.
5.
Bersabar dan menjadi
pemaaf.
6.
Alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari
objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif.
Mengendalikan emosi itu
penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai
kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang
dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada
kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan
cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain akan bereaksi
terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah
dan lain sebagainya.
Beberapa cara untuk mengendalikan emosi
menurut Mahmud, 1990 :
1.
Hadapilah emosi
tersebut.
2.
Jika mungkin,
tafsirkan kembali situasinya. Artinya melihat situasi sulit yang dialami dari
sudut pandang yang berbeda.
3.
Kembangkan asa humor
dan sikapa realistis.
4.
Atasi secara lansung
problem-problem yang menjadi sumber emosi.
Cara lainnya adalah
dengan mengekspresikan emosi. Wullur (1970 :16) melukiskan ekspresi sebagai
pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak dengan
catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjamakan
perasaan atau buah pikiran.
Selanjutnya, ekspresi itu dapat
mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Selain itu ekspresi juga bersifat
membersihkan, membereskan katarsis. Karena itu, ekspresi dapat mencegah
timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan
perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam
itu dapat membahayakan.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan
emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah
dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium
tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :
Ă˜ Pengembangan Keterampilan Emosional
1.
Mengindentifikasi dan
memberi nama atau label perasaan.
2.
Mengungkapkan perasaan.
3.
Menilai intensitas
perasaan.
4.
Mengola perasaan.
5.
Menunda pemuasan.
6.
Mengendalikan dorongan
hati.
7.
Mengurangi stress.
8.
Memahami perbedaan
antara perasaan dan tindakan.
Ă˜ pengembangan keterampilan kognitif :
1.
Belajar melakukan
dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau
memperkuat prilaku diri sendiri.
2.
Belajar membaca dan
menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
3.
Belajar menggunakan
langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan.
4.
Belajar memahami sudut
pandang orang lain (empati).
5.
Belajar memahami sopan
santun.
6.
Belajar bersikap
positif terhadap kehidupan.
7.
Belajar mengembangkan
kesadaran diri.
Ă˜
Pengembangan prilaku :
1.
Mempelajari keterampilan
komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik,
posisi tubuh dan lain-lain.
2.
Mempelajari keterampilan
komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan
sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk
mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah dengan
self-science curriculum (Daniel Goleman,1995) :
1.
Belajar mengembangkan
kesadaran diri.
2.
Belajar mengambil
keputusan pribadi.
3.
Belajar mengelola
perasaan.
4.
Belajar menangani stres.
5.
Belajar berempati.
6.
Belajar berkomunikasi.
7.
Belajar membuka diri.
8.
Belajar menegembangkan
pemahaman.
9.
Belajar menerima diri
sendiri.
10.
Belajar mengembangkan
tanggung jawab pribadi.
11.
Belajar mengembangkan
ketegasan.
12.
Belajar dinamika
kelompok.
13.
Belajar menyelesaikan
konflik.
Agar emosi positif pada
diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang
tua maupun guru dengan cara :
1.
Orangtua dan guru
serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant person) dapat menjadi model
dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak
meledak-ledak.
2.
Adanya program latihan
beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan
menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
3.
Mempelajari dan
mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya
secara lebih baik.
BAB III
KESIMPULAN
Emosi merupakan reaksi
psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak jantung lebih cepat,
muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah laku emosi
misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi, emosi
adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi itu ada dua jenis,
yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif merupakan reaksi
psikologis sebagai tanda adanya kepuasan terhadap berbagai keputusan yang
dirasakan remaja, dan emosi negatif diakibatkan ketidakpuasan terhadap berbagai
kebutuhan itu.
Emosi yang paling sering
dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan
emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal.
Oleh karena itu
hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang
sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan
bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat
hidup.
DAFTAR PUSTAKA:
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-emosi-definisi-emosi.htmlhttp://de-kill.blogspot.com/2009/01/gejolak-emosi-remaja.html.