Senin, 25 Desember 2017

PROBLEM REMAJA






UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Maret 2014

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum, wr wb
            Puji syukur penyusun panjatkan ke hadiran Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul perkembangan emosi remaja
             Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamualaikum.wr.wb





Malang, Maret 2014


                                                                                                               Penyusun







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I  .................................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang  .................................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah  ............................................................................................... 3
BAB II ISI .............................................................................................................. 4
1)    Hubungan emosi dan Tingkah Laku   ................................................................... 4
2)    Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja   ...................................................... 4
3)    Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan emosi Remaja  ..................... 5
4)    Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi Remaja  ............................... 7
5)   Upaya mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Pendidikan….. 7

BAB III…………………………………………………………………………..11
 KESIMPULAN  ................................................................................................. 11
 DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................ 12
 BAB I

A.    Latar Belakang
            Pada hakekatnya, setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari. Bermacam-macam pengalaman menimbulkan macam-macam emosi pula.Menurut William James (dalam Wedge,1995) emosi adalah “kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”.
            Sementara Hathersal (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah, dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh memegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung cepat berdenyut.
            Sedangkan Keleingina and Keleingina (1981), berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi sering disamakan dengan istilah perasaan (feeling) dan ekspresi tingkah laku, misalnya takut, sedih dan jijik, senyum, dan  melotot. Juga sering dihubungkan dengan respon-respon fisiologis seperti sakit kepala, berkeringat dingin dan lain-lain.
            Menurut Daniel Goleman (1995), sesungguhnya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran, mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus daripada kata dari defenisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
            Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Dan ini cocok sekali dengan dengan perkembangan pada masa remaja yang sedang mengalami berbagai perubahan  fisik pada dirinya. Yang menimbulkan reaksi emosi yang lebih tinggi terutama jika orangtua , guru dan teman sebaya tidak memberikan respon positif dengan segala perubahan yang dialami.
            Banyak penelitian membuktikan bahwa salah satu penyebab remaja menjadi nakal adalah karena mengalami gangguan emosi. Gangguan emosi menimbulkan rasa tidak puas terhadap kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dapat timbul kebencian dan kecemburuan  terhadap orang-orang yang dilihatnya lebih beruntung dan bahagia.Emosi tidak selalu jelek, sebagaimana ungkapan Jalaluddin Rakhmat (1994), emosi memberikan bumbu kepada kehidupan , tanpa emosi hidup ini kering dan gersang.
            Memang, semua orang memiliki jenis perasaan yang sangat serupa, namun intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi ini dapat merupakan kecenderungan yangn membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan hidup.
Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang diketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, sekresi adrenalin, jumlah dan jenis hormon, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis,dan rasa mual.
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson (dalam Mahmud, 1990), tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :
1.      Marah, orang bergerak menentang sumber frustasi.
2.      Takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi.
3.      Cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan.
4.      Depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam dirinya sendiri.
Sementara itu, Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, sebagai berikut :
1.                            Amarah          :  meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggumg, bermusuhan,  tindak kekerasan dan kebencian patologis.
2.                            Kesedihan      : meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3.                            Rasa takut      : meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, panik.
4.                             Kenikmatan  : meliputi bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
5.                             Cinta              :  meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih sayang.
6.                            Terkejut         :  meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
7.                            Jengkel           : meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka.
8.                            Malu               : meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, hati hancur.

            Berdasarkan temuan penelitian  Paul Ekman dari University of California di San Fransisco ( Goleman, 1995) ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh bangsa-bangsa di seluruh dumia, yaitu emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang didalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih dan senang. Ekspresi wajah seperti itu benar- benar dikenal oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia meskipun memiliki budaya yang berbeda-beda, bahkan termasuk bangsa-bangsa  yang buta huruf, tidak terpengaruh oleh film, dan siaran TV. Artinya ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang  perasaan emosi tersebut.
            Sementara itu Crider dkk (1983) mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif misalnya gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani. Emosi negatif misalnya rasa benci, takut, marah, geram dan lain-lain.
Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1.      Emosi yang berkaitan dengan perasaan ( syaraf-syaraf jasmani) perasaan dingin, panas, hangat, sejuk, dan sebagainya disebabkan oleh cuaca, kondisi,  ruangan, dan tempat dimana individu berada.
2.      Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan sebagainya.
3.      Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, malu, sayang, benci dan sebagainya. Lebih banyak disebabkan faktor hubungan dengan orang lain.


B.     Rumusan Masalah
1.      Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku.
2.       Karakteristik perkembangan emosi remaja.
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja.
4.      Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi Remaja.
5.      Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan.


BAB II
ISI

1). Hubungan Emosi  Dan Tingkah Laku

            Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan.
            Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi Senang.
            Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang  ia  pelajari.
            Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.

2). Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
            Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
            Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
      1.  Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
      2.  Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
      3.  Kemarahan biasa terjadi.
      4.  Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri.
      5.  Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif.

• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1.      Pemberontakan remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
2.      Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka.
3.      Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.         

3) Faktor-Faktor Yang Mempengarui Perkembangan Emosi Remaja

Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
Ă˜  Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
Ă˜  Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
Ă˜  Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
Ă˜  Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
Ă˜  Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Mendekati berakhirnya remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang dan telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung yang disembunyikan. Contohnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seseorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang.
Para remaja semasa kanak-kanak, mereka diberitahu atau diajarkan untuk tidak menunjukan perasaan-perasaannya, entah perasaan takut ataupun sedih. Akhirnya seringkali mereka takut dan ingin menangis tetapi tidak berani menunjukan perasaan tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi kehidupan atau kulturlah yang menyebabkan mereka merasa perlu menyembunyikan perasaan-perasaannya. Tidak hanya perasaan-perasaannya terhadap orang lain saja, namun pada derajat tertentu bahkan ia dapat kehilangan atau tidak merasakan lagi.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

4). Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi Remaja

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan   keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.
5).Upaya Mengembangkan Emosi Remaja Dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak memnimbulkan efek negatif, Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
1.      Berfikir positif.
2.      Mencoba belajar memahami karakteristik orang lain.
3.      Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain.
4.      Introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya.
5.      Bersabar dan menjadi pemaaf.
6.      Alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif.
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini  didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya.

Beberapa cara untuk mengendalikan emosi menurut Mahmud, 1990 :
1.      Hadapilah emosi tersebut.
2.      Jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya. Artinya melihat situasi sulit yang dialami dari sudut pandang yang berbeda.
3.      Kembangkan asa humor dan sikapa realistis.
4.      Atasi secara lansung problem-problem yang menjadi sumber emosi.

Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi. Wullur (1970 :16) melukiskan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjamakan perasaan atau buah pikiran.
Selanjutnya, ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Selain itu ekspresi juga bersifat membersihkan, membereskan katarsis. Karena itu, ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :

Ă˜  Pengembangan Keterampilan Emosional
1.      Mengindentifikasi dan memberi nama atau label perasaan.
2.      Mengungkapkan perasaan.
3.      Menilai intensitas perasaan.
4.      Mengola perasaan.
5.      Menunda pemuasan.
6.      Mengendalikan dorongan hati.
7.      Mengurangi stress.
8.      Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
Ă˜  pengembangan keterampilan kognitif :
1.      Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat prilaku diri sendiri.
2.      Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial.
3.      Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan.
4.      Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
5.      Belajar memahami sopan santun.
6.      Belajar bersikap positif terhadap kehidupan.
7.      Belajar mengembangkan kesadaran diri.
Ă˜  Pengembangan prilaku :
1.      Mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain.
2.      Mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah dengan self-science curriculum (Daniel Goleman,1995) :
1.      Belajar mengembangkan kesadaran diri.
2.      Belajar mengambil keputusan pribadi.
3.      Belajar mengelola perasaan.
4.      Belajar menangani stres.
5.      Belajar berempati.
6.      Belajar berkomunikasi.
7.      Belajar membuka diri.
8.      Belajar menegembangkan pemahaman.
9.      Belajar menerima diri sendiri.
10.  Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi.
11.  Belajar mengembangkan ketegasan.
12.  Belajar dinamika kelompok.
13.  Belajar menyelesaikan konflik.

Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
1.      Orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak  (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak.
2.      Adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
3.      Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan  emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.

BAB III
KESIMPULAN

Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak jantung lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah laku  emosi misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi, emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi itu ada dua jenis, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif merupakan reaksi psikologis sebagai tanda adanya kepuasan terhadap berbagai keputusan yang dirasakan remaja, dan emosi negatif diakibatkan ketidakpuasan terhadap berbagai kebutuhan itu.
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku nakal.
Oleh karena itu  hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.








DAFTAR PUSTAKA:

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-emosi-definisi-emosi.htmlhttp://de-kill.blogspot.com/2009/01/gejolak-emosi-remaja.html.