Anak tuna daksa adalah anak yang
mempunyai kelainan ortopedik atau salah satu bentuk berupa gangguan dari fungsi
normal pada tulang, otot, dan persendian yang mungkin karena bawaan sejak
lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak atau berjalan
memerlukan alat bantu.
Berhubung
anak tunadaksa mengalami gangguan motorik maka dalam mengikuti pendidikan
membutuhkan perlengkapan khusus dalam lingkungan belajarnya. Gedung sekolah
sebaiknya dilengkapi ruangan/sarana tertentu yang memungkinkan dapat mendukung
kelancaran kegiatan anak tunadaksa di sekolah. Bangunan-bangunan gedung
sebaiknya dirancang dengan memprioritaskan 3 kemudahan, yaitu anak mudah ke
luar masuk, mudah bergerak dalam ruangan, dan mudah mengadakan penyesuaian atau
segala sesuatu yang ada di ruangan itu mudah digunakan (Musyafak Assyari dalam
Astati, ).
Beberapa
kondisi khusus mengenai gedung itu adalah sebagai berikut.
- Macam-macam ruangan khusus,
seperti ruang poliklinik/UKS untuk pemeriksaan dan perawatan kesehatan
anak, ruang untuk latihan bina gerak (physiotherapy), ruang untuk
bina bicara (speech therapy), ruang untuk bina diri, terapi
okupasi, dan ruang bermain, serta lapangan.
- Jalan masuk menuju sekolah
sebaiknya dibuat keras dan rata yang memungkinkan anak tunadaksa yang
memakai alat bantu ambulasi, seperti kursi roda, tripor, brace,
kruk, dan lain-lain, dapat bergerak dengan aman.
- Tangga sebaiknya disediakan
jalur lantai yang dibuat miring dan landai
- Lantai bangunan baik di dalam
dan di luar gedung sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak licin.
- Pintu-pintu ruangan sebaiknya
lebih lebar dari pintu biasa dan daun pintunya dibuat mengatup ke dalam.
- Untuk menghubungkan
bangunan/kelas yang satu dengan yang lain sebaiknya disediakan lorong
(koridor) yang lebar dan ada pegangan di tembok agar anak dapat mandiri
berambulasi.
- Pada beberapa dinding lorong
dapat dipasang cermin besar untuk digunakan anak mengoreksi sendiri
sikap/posisi jalan yang salah.
- Kamar mandi/kecil sebaiknya
dekat dengan kelas-kelas agar anak mudah dan segera dapat menjangkaunya.
- Dipasang WC duduk agar anak
tidak perlu berjongkok pada waktu menggunakannya.
- Kelas sebaiknya dilengkapi
dengan meja dan kursi yang konstruksinya disesuaikan dengan kondisi
kecacatan anak, misalnya tinggi meja kursi dapat disetel, tanganan, dan
sandaran kursi dimodifikasi, dan dipasang belt (sabuk) agar aman.
Fasilitas
pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah :
a. Brace
Brace merupakan alat bantu gerak
yang digunakan untuk memperkuat otot dan tulang. Brace biasanya digunakan
dikaki, punggung, atau dileher. Fungsi brace berguna untuk menyangga beban yang
tertumpu pada otot atau tulang.
Brace terbuat dari kulit yang kaku
atau plastic yang tebal dilapisi kain atau sepon atau karet pada tepian
pinggirannya agar tidak terjadi decubitus (lecet pada jaringan yang kontak
langsung)
b. Crutch (kruk)
Kruk adalah alat penyangga tubuh
yang ditumpukan apda tangan atau ketiak untuk menyangga beban tubuh. Kruk
terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium, atau pipa stainless steel yang
terbentuk nulat setinggi ukuran tubuh pemakainya. Pada bagian atas tempat yang
kontak dengan ketiak atau tangan diberi spon atau karet agar lunak dan tidak
menyebabkan lecet bila dipakai.
c. Splint
Spilnt berasal dari bahasa inggris
yang berarti spalk (bahasa belanda). Alat ini bertujuan untuk meletakkan
anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh yang sakit tidak salah
bentuk.
Ada dua macam splint, yaitu splint
untuk anggota tubuh bagian atas (tangan) dan slint untuk anggota tubuh bagian
bawah (kaki). Splint dapat dibuat dari bahan gips, kulit sol, karton, kayu,
celastic, dan orthoplast. Bahan-bahan tersebut dibentuk menurut posisi anggota
gerak tubuh yang sakit.
d. Wheel chair (kursi roda)
Menurut bentuknya, kursi roda dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kursi roda yang roda besarnya didepan dan kursi
roda yang roda besarnya dibelakang. Kursi roda yang roda besarnya didepan dapat
berputar ditempat yang sempit. Kursi roda yang roda besarnya dibelakang, dapat
masuk kolong tempat tidur, sehingga memudahkan untuk berpindah tempat.
Alat bantu belajar/akademik
a.
Kartu abjad
Kita bias memperlihatkan warna pada bentuk abjad itu
atau memilih warna yang disukainya. Semisalnya abjad itu huruf “C” maka kita
dapat memberikan contoh dengan menjelaskan bentuk bulan sabit dan pada abjad
tersebut dengan warna yang bermacam-macam ataupun yang disukainya. Begitu juga
dengan huruf “O” maka kita dapat memeberi penjelasan dengan contoh bentuk suatu
beola dan bentuk-bentuk lingkaran.
b.
Kartu kata
Kita bias mengenalkan anak dengan disajikannya gambar
wortel, apel, hewan-hewan yang bertuliskan dibawah gambar tersebut menurut
masing-masing gambar.
c.
Kartu kalimat
Kita dapat menggabungkan suatu objek yang beruba
gambar-gambar yang berisi tentang suatu kegiatan contohnya ibu sedang memasak,
orang yang sedang memancing. Nah, dari gambar-gambar itu dapat dijadikan suatu
kalimat dan disajikan kartu kalimatnya sebagai kunci jawabannya.
d.
Menara gelang
Yaitu anak
dapat melatih gerakan otot-otot secara sederhana. Misalnya keatas, kebawah,
kesamping dan ditingkatkan dengan gerakan yang menyenangkan dengan alat bantu
berupa mainan-mainan yaitu Menara gelang, Menara segetiga, Menara segiempat,
dan Papan pasak.
e.
Gelas rasa
f.
Botol aroma
g.
Abacus dan washer
h.
Kotak bilangan
Fungsi pembelajaran kotak bilangan untuk melatih
motoriknya dalam kognitif contohnya suatu bentuk-bentuk yang disetiap sisinya
ada bertuliskan angka-angka sehingga pengenalan angka itu akan lebih menarik.