A.
Latar
Belakang
Assessment
autentic
sering disebut juga assesment performance atau assesmen alternatif namun bila dikaji lebih lanjut
ketiganya memiliki arti berbeda Assessment autentic (penilaian otentik) menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 41)
merupakan menunjukkan siswa-siswa dengan tugas-tugas yang bermakna bagi
kehidupan. Authentic Assesment berarti memiliki nilai
kesepadanan baik dalam konteks internal maupun konteks eksternal. Konteks
internal mengacu pada proses pembelajaran di kelas, dan koteks eksternal
mengacu pada kehidupan nyata. Secara konseptual penilaian autentik lebih
bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar
sekali pun. Di samping itu, Ketika menerapkan penilaian autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba,
dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik dan tuntutan kurikulum
2013, Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Di samping itu,
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang
sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik sering
dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma,
pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Namun,
Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya,
peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana akan dinilai, sedangkan Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan
mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan assesmen
autentik?
2. Apa saja jenis-jenis assesmen autentik
dan tehnik pelaksanaan assesmen autentik?
3. Apa manfaat dan tujuan assesmen
autentik?
4. Apa saja ciri-ciri dan contoh assesmen
autentik?
5. Bagaimana penerapan assesmen autentik
pada kurikulum 2013?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mendiskripsikan
apa yang dimaksud dengan assesmen autentik.
2. Mendiskripsikan
apa saja jenis-jenis assesmen autentik
3. Mendiskripsikan
manfaat dan tujuan assesmen autentik.
4. Mendiskripsikan
ciri-ciri dan contoh assesmen autentik.
5. Mendiskripsikan
bagaimana penerapan assesmen autenik pada kurikulum 2013.
D.
Batasan
Penulisan
Pada makalah ini hanya memberikan pengertian
assesmen autentik dan jenis-jenis dan manfaat dan tujuan assesmen autentikdan
ciri-cir dan contoh assesmen autentik dan penerapan assesmen autentik ini pada
kurikulum 2013.
BAB
II
KAJIAN ISI
1.2 Pengertian Asesmen Autentik
Penilaian autentik
(Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas
hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penilaian autentik terdiri dari kata: Assessment merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi dan autentik merupakan sinonim
dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Contoh asesmen autentik yaitu penilaian
kinerja, portfolio dan penilaian diri.” American Librabry Association”. Asesmen Autentik menghadapkan siswa pada tantangan-tantangan
dunia-nyata yang mengharuskan mereka mampu menerapkan berbagai keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki.” Funderstanding”.
Menurut Grant Wiggins,
dalam artikelnya The Case for Authentic Assessment, “Asesmen autentik
memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan
yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan penelitian;
menulis, merevisi dan membahas artikel; memberikan analisa oral terhadap
peristiwa politik terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat,
dst.” Melalui asesmen otentik, siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru
dapat lebih yakin bahwa asesmen yang diberikannya itu bermakna dan relevan. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
penilaian autentik harus menjadi bagian integral dari pengajaran, sehingga
dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya sebagai suatu alat untuk
mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga untuk
mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi
penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam pembelajaran
kemampuan berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi
siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok yang sama
dengan pengajaran, yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran.
Dalam penilaian autentik diharapkan para siswa dapat merumuskan
permasalahan, memikirkan solusi, dan menginterpretasikan hasil.
2.2 Jenis-Jenis
Asesmen Autentik
1. penilaian kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek
yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan
kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan
naratif maupun
laporan kelas.
Ada
beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1.
Daftar cek (checklist).
Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari
indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
2.
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative
records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa
yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi
standar yang ditetapkan.
3.
Skala penilaian (rating scale).
Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya.
Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
4.
Memori atau ingatan (memory approach).
Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan
sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya
untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti
tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Cara penilaian ini
dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai
lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.Penilaian
unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1.
Langkah-langkah
kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari
suatu kompetensi.
2.
Kelengkapan
dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3.
Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4.
Upayakan
kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
5.
Kemampuan
yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
2.
Penilaian proyek
Penilaian proyek (project assessment)
merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode/waktutertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasiyang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,dan penyajian data.
Tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam penilaian proyek :
Tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam penilaian proyek :
1.
Keterampilan peserta didik dalam memilih
topik, mencari dan mengumpulkan data,mengolah dan menganalisis,memberi makna
atas informasi yang diperoleh,dan menulis laporan.
2.
Kesesuaian atau relevansimateri pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3.
Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek
berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini
serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala
penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster
atau tertulis.
Produk
akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud
meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti
makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain),
barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan
karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang
harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik
merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
3.
Penilaian
porpolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja
dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta
didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan
secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama
peserta didik menentukan jenisportofolioyang akandibuat.
3. Peserta didik, baik
sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun
portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan
menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan
tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai
portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan,
guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan
balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
8. Penilaian tertulis.
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan
terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri
dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai
jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan
uraian.
Tes
tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada
tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh
nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan
dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau
kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan
jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan
analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola
jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
4.
Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk
uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian
sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Dalam menyusun
instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1.
Karakteristik
mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;.
2.
materi,
misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum;.
3.
konstruksi,
misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
4.
bahasa,
misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
2.3 Manfaat
dan tujuan assesmen autentik
Menurut Indrakusuma (1993:10) Tujuan-tujuan
penilaian pendidikan adalah
- Mengetahui
potensi seorang murid.
- Mengetahui
apa saja yang telah dicapai anak.
- Mengadakan
seleksi.
- Mengetahui
letak kelemahan-kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang di alami peserta
didik.
- Memberi
bantuan dalam pengelompokan peserta didik untuk tujuan-tujuan tertentu.
- Memotivasi
peserta didik dalam belajar
- Memberikan
bantuan dalam bimbingan ke arah pemilihan jurusan sekolah, dan selanjutnya
kearah pemilihan pekerjaan.
Dari tujuan penilaain pendidikan
di atas assessment autentic secara analisis sudah memenuhi tujuan penilaian
yang harus ada setiap pendidik melakukan penilaian. Tujuan penilaian di kelas
oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4) hal berikut.
- Menelusuri
agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana,
- Mengecek
adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses
pembelajaran,
- Mencari
dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan
dalam proses pembelajaran,
- Menyimpulkan
apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
2.4
Ciri-ciri
dan contoh Assessment Authentic
1.
Ciri-ciri Assessment Authentic
Menurut Zainul (2005) dalam http://zaifbio.wordpress@yahoo.com ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:
a. Multi kriteria, kinerja peserta didik
harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan
peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek
aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b. Standar kualitas yang spesifik (dalam
artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik
dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas
kinerja peserta didik.
c. Adanya judgement penilaian,
membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja
siswa dapat diterima secara nyata (real)
Sedangkan, menurut Wiyono
& Tumardi (2003:31) tugas performasi akan bisa menjadi Assesmen authentic,
bila memiliki lima kriteria, yaitu:
a.
Tugas bermakna bagi guru maupun siswa.
b.
Tugas dapat dirancang oleh siswa.
c.
Tugas membuat siswa menempatkan, menganalisis informasi, dan
menggambarkan suatu kesimpulan.
d.
Tugas menuntut siswa mengkomunikasikan secara jelas.
e.
Tugas membuat siswa bekerja sama
Assesmen authentic dapat dilakukan melalui pemberian tugas yang bermakna Nitko, 2007
(dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42). Ada enam kriteria yang menunjukkan
tugas yang bersifat autentik yaitu sebagai berikut.
- Menuntut siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki
untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengerjakan tugas.
- Bersifat kompleks dan menuntut siswa menggunakan
kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berbeda.
- Menekankan pada respon, performasi , dan produk yang
lengkap, adil, halus bahasanya, dan berkualitas tinggi.
- Jelas standar dan kriterianya untuk menilai respon,
preformasi, atau produk yang benar.
- Mensimulasi cara yang memungkinkan siswa menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tentang dunia nyata.
- Memungkinkan siswa menghadapi tantangan dan peranan
seperti peranan dan tugas di lingkungan sekitarnya, baik dirumah maupun di
masyarakat.
Dalam implementasinya,
ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007
(dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu:
- Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa
dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain,
benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan
oleh siswa.
- Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target
atau sasaran pembelajaran secara langsung.
- Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa
mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau
mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda
biasa.
2.
Contoh Assessment
Authentic
Penerapan
model penilaian otentik berimplikasi pada disain pembelajaran. Menguasai
pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan
sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan
menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa bersifat
kontekstual. Berikut contoh-contoh tugas yang termasuk dalam
asesmen autentik :
1)
Computer adaptive testing (sepanjang
tidak berbentuk objektif), yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan
diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata.
2)
Group
performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik secara berkelompok.
3)
Individual performance assessment,
yaitu tugas yang harus diselesaikan secara mandiri.
4)
Interview,
yaitu siswa harus merespon pertanyaan lisan dari pengajar.
5)
Nontraditional test items, yaitu butir
soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan suatu perangkat respon yang
mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
Observasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan
peserta didik tersebut peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun
tertutup.
6)
Portofolio, suatu kumpulan hasil
karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan
kategori kegiatan.
7)
Project, exhibition, or demonstration,
yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu
yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu
pula.
8)
Mencongak menuntut jawaban singkat dari
siswa, tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan.
2.5 Asesmen Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi
kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan
hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya,
asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio,
dan penilaian proyek. Asesmen autentik
adakalanya disebut penilaian responsif,
suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta
didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan
tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik
dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil
pembelajaran. Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat
jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam
proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi
secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama dengan
peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika
mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan
dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar
yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang
diperoleh dari luar sekolah. Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan
guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik,
serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria
kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen
autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah
atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu,
guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
2.6 kesimpulan
penilaian autentik
harus menjadi bagian integral dari pengajaran, sehingga dengan demikian
penilaian tidak digunakan hanya sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data
sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga untuk mempengaruhi pengajaran. Ini
memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi penilaian yang mengukur
produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam pembelajaran kemampuan
berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi siswa tersebut.
Penilaian autentik mempunyai karakter pokok yang sama dengan pengajaran,
yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian
autentik diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan, memikirkan
solusi, dan menginterpretasikan hasil.
Guru harus percaya
bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya mampu mencapai kriteria ketuntasan
setiap kompetensi, bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat.
Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajar peserta didik pada
waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan
demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus
dikuasainya.
2.7 Saran
Untuk mensukseskan kurikulim 2013 ini ,
dalam pendekatan pembalajaran khususnya pada pendekatan asesment autentik
seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai apa sebenarnya pengertian
maupun tujuan dari pendekatan ini, agar pembelajaran dapat terlaksana
sebagaimna mestinya dalam tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Adams. J WikEd Authentic Assessment [online]
tersedia: http://wik.ed.uiuc.edu/index.php/Authentic_Assessment#Descriptions.2C_definitions.2C_synonyms.2C_organizer_terms.2C_types_ofInternet, 18 maret 2008
Depdiknas, (2006), Model Penilaian SMA, Jakarta.
Haryati. Mimin. (2006) Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Gaung Persada Press.
Sudjana, Nana, Dr (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiggins, Grant
(1990). The case for authentic
assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation, 2 (2). [online] tersedia: http://PAREonline.net/getvn.asp?v=2&n 18
Maret 2008
Indrakusuma,AD. 1993. Evaluasi Pendidikan
(Penilaian Hasil-Hasil Belajar). Malang: IKIP
Wiyono,Bambang B & Tumardi.2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang:
Penerbit Elang Emas
E. Gronlund, Norman & Waugh, C.Keith. 2009. Assesment of
Student Activement. New Jersey:
Pearson Education,Inc.
Wiyono,Bambang B & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan
Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan
Wahyuni,L.Dwiutami. Inovasi Model Dan
Evaluasi Pembelajaran.2009. Dalam http://zaifbio.wordpress@yahoo.com diakses tanggal 16 november 2014.