Rabu, 27 Desember 2017

Assessment Autentic


A.   Latar Belakang
Assessment autentic sering disebut juga assesment performance atau assesmen alternatif namun bila dikaji lebih lanjut ketiganya memiliki arti berbeda Assessment autentic (penilaian otentik) menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 41) merupakan menunjukkan siswa-siswa dengan tugas-tugas yang bermakna bagi kehidupan. Authentic Assesment berarti memiliki nilai kesepadanan baik dalam konteks internal maupun konteks eksternal. Konteks internal mengacu pada proses pembelajaran di kelas, dan koteks eksternal mengacu pada kehidupan nyata. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Di samping itu, Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik dan tuntutan kurikulum 2013, Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Di samping itu, Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Namun, Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai, sedangkan Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan assesmen autentik?
2.      Apa saja jenis-jenis assesmen autentik dan tehnik pelaksanaan assesmen autentik?
3.      Apa manfaat dan tujuan assesmen autentik?
4.      Apa saja ciri-ciri dan contoh assesmen autentik?
5.      Bagaimana penerapan assesmen autentik pada kurikulum 2013?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mendiskripsikan apa yang dimaksud dengan assesmen autentik.
2.      Mendiskripsikan apa saja jenis-jenis assesmen autentik
3.      Mendiskripsikan manfaat dan tujuan assesmen autentik.
4.      Mendiskripsikan ciri-ciri dan contoh assesmen autentik.
5.      Mendiskripsikan bagaimana penerapan assesmen autenik pada kurikulum 2013.
D.    Batasan Penulisan
Pada makalah ini hanya memberikan pengertian assesmen autentik dan jenis-jenis dan manfaat dan tujuan assesmen autentikdan ciri-cir dan contoh assesmen autentik dan penerapan assesmen autentik ini pada kurikulum 2013.
  

                                                                            BAB II        
KAJIAN ISI

1.2  Pengertian  Asesmen Autentik
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik terdiri dari kata: Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi dan autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Contoh asesmen autentik yaitu penilaian kinerja, portfolio dan penilaian diri.” American Librabry Association. Asesmen Autentik menghadapkan siswa pada tantangan-tantangan dunia-nyata yang mengharuskan mereka mampu  menerapkan berbagai keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.” Funderstanding.
Menurut Grant Wiggins, dalam artikelnya The Case for Authentic Assessment, “Asesmen autentik memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan penelitian; menulis, merevisi dan membahas artikel; memberikan analisa oral terhadap peristiwa politik terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat, dst.”  Melalui asesmen otentik, siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang diberikannya itu bermakna dan relevan. Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik harus menjadi bagian integral dari pengajaran, sehingga dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga untuk mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam pembelajaran kemampuan  berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok  yang sama dengan pengajaran, yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian autentik  diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan, memikirkan solusi, dan menginterpretasikan hasil.

2.2  Jenis-Jenis Asesmen Autentik
1.      penilaian kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1.      Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2.      Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3.      Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
4.      Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Cara penilaian ini dianggap  lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.Penilaian  unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1.      Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2.      Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3.        Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4.      Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
5.      Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
2.         Penilaian  proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktutertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasiyang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,dan penyajian data.
Tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam penilaian proyek :
1.    Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,mengolah dan menganalisis,memberi makna atas informasi yang diperoleh,dan menulis laporan.
2.    Kesesuaian atau relevansimateri pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3.    Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik.  Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria  yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
3.         Penilaian porpolio
            Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1.      Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2.      Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenisportofolioyang akandibuat.
3.      Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4.      Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5.      Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6.      Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7.      Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
8.      Penilaian tertulis.
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari   pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi,  jawaban singkat atau pendek, dan  uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
4.         Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1.      Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;.
2.      materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;.
3.      konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
4.      bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
2.3  Manfaat dan tujuan assesmen autentik
Menurut Indrakusuma (1993:10) Tujuan-tujuan penilaian pendidikan adalah
  1. Mengetahui potensi seorang murid.
  2. Mengetahui apa saja yang telah dicapai anak.
  3. Mengadakan seleksi.
  4. Mengetahui letak kelemahan-kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang di alami peserta didik.
  5. Memberi bantuan dalam pengelompokan peserta didik untuk tujuan-tujuan tertentu.
  6. Memotivasi peserta didik dalam belajar
  7. Memberikan bantuan dalam bimbingan ke arah pemilihan jurusan sekolah, dan selanjutnya kearah pemilihan pekerjaan.
Dari tujuan penilaain pendidikan di atas assessment autentic secara analisis sudah memenuhi tujuan penilaian yang harus ada setiap pendidik melakukan penilaian. Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4) hal berikut.
  1. Menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana,
  2. Mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran,
  3. Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran,
  4. Menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

2.4   Ciri-ciri dan contoh Assessment Authentic
1.      Ciri-ciri Assessment Authentic
Menurut Zainul (2005) dalam http://zaifbio.wordpress@yahoo.com ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:
a.       Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b.      Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
c.       Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real)
Sedangkan, menurut Wiyono & Tumardi (2003:31) tugas performasi akan bisa menjadi Assesmen authentic, bila memiliki lima kriteria, yaitu:
a.      Tugas bermakna bagi guru maupun siswa.
b.       Tugas dapat dirancang oleh siswa.
c.       Tugas membuat siswa menempatkan, menganalisis informasi, dan menggambarkan suatu kesimpulan.
d.      Tugas menuntut siswa mengkomunikasikan secara jelas.
e.       Tugas membuat siswa bekerja sama
Assesmen authentic dapat dilakukan melalui pemberian tugas yang bermakna Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42). Ada enam kriteria yang menunjukkan tugas yang bersifat autentik yaitu sebagai berikut.
  1. Menuntut siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengerjakan tugas.
  2. Bersifat kompleks dan menuntut siswa menggunakan kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berbeda.
  3. Menekankan pada respon, performasi , dan produk yang lengkap, adil, halus bahasanya, dan berkualitas tinggi.
  4. Jelas standar dan kriterianya untuk menilai respon, preformasi, atau produk yang benar.
  5. Mensimulasi cara yang memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tentang dunia nyata.
  6. Memungkinkan siswa menghadapi tantangan dan peranan seperti peranan dan tugas di lingkungan sekitarnya, baik dirumah maupun di masyarakat.
Dalam implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu:
  1. Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa.
  2. Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target atau sasaran pembelajaran secara langsung.
  3. Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda biasa.
2.    Contoh Assessment Authentic
Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada disain pembelajaran. Menguasai pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa bersifat kontekstual. Berikut  contoh-contoh  tugas yang termasuk dalam asesmen autentik :
1)      Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk objektif), yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata.
2)       Group performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok.
3)      Individual performance assessment, yaitu tugas yang harus diselesaikan secara mandiri.
4)       Interview, yaitu siswa harus merespon pertanyaan lisan dari pengajar.
5)      Nontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Observasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan peserta didik tersebut peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup.
6)       Portofolio, suatu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
7)      Project, exhibition, or demonstration, yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula.
8)      Mencongak menuntut jawaban singkat dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan.

 2.5  Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.  Asesmen autentik adakalanya disebut  penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,  benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan  peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
  
BAB III
PENUTUP

2.6  kesimpulan
 penilaian autentik harus menjadi bagian integral dari pengajaran, sehingga dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm lama, tetapi juga untuk mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan fungsi penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam pembelajaran kemampuan  berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok  yang sama dengan pengajaran, yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian autentik  diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan, memikirkan solusi, dan menginterpretasikan hasil.
Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya mampu mencapai kriteria ketuntasan setiap  kompetensi,  bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajar peserta didik pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasainya.
2.7  Saran
Untuk mensukseskan kurikulim 2013 ini , dalam pendekatan pembalajaran khususnya pada pendekatan asesment autentik seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai apa sebenarnya pengertian maupun tujuan dari pendekatan ini, agar pembelajaran dapat terlaksana sebagaimna mestinya dalam tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum 2013.






DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas, (2006), Model Penilaian SMA, Jakarta.

Haryati. Mimin. (2006) Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press.
Sudjana, Nana, Dr (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wiggins, Grant (1990). The case for authentic assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation, 2 (2). [online] tersedia: http://PAREonline.net/getvn.asp?v=2&n 18 Maret 2008
Indrakusuma,AD. 1993. Evaluasi Pendidikan (Penilaian Hasil-Hasil Belajar). Malang: IKIP
Wiyono,Bambang B & Tumardi.2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Penerbit Elang Emas
E. Gronlund, Norman &  Waugh, C.Keith. 2009. Assesment of Student Activement. New     Jersey: Pearson Education,Inc.
Wiyono,Bambang B & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran.    Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan

Wahyuni,L.Dwiutami. Inovasi Model Dan Evaluasi Pembelajaran.2009. Dalam http://zaifbio.wordpress@yahoo.com diakses tanggal 16 november 2014.