Rabu, 27 Desember 2017

Fungsi dan Makna Pemilu


A. Fungsi Pemilu
Pemilu diselenggarakan dalam rangka mewujudkan gagasan kedaulatan rakyat atau sistem pemerintahan demokrasi. Karena rakyat tidak mungkin memerintah negara secara
langsung, diperlukan cara untuk memilih wakil yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan suatu negara selama jangka waktu tertentu. Pemilu sebagai sarana demokrasi politik memiliki empat fungsi, yakni sebagai berikut.
1.      Prosedur rakyat dalam memilih dan mengawasi pemerintahan
Melalui pemilu, rakyat memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif. Wakil-wakil itu akan menjalankan kedaulatan yang didelegasikan kepadanya. Pemilu merupakan proses pemungutan suara secara demokratis untuk seleksi anggota perwakilan dan juga organ pemerintahan. Fungsi ini disebut sebagai fungsi perwakilan politik.

2.       Legitimasi politik
Pemerintahan yang terbentuk melalui pemilu memang menjadi pilihan rakyat sehingga memiliki keabsahan. Pemerintahan yang absah akan merumuskan program dan kebijakan yang akan ditaati oleh rakyat. Rakyat akan tunduk dan taat sebagai konsekuensi atas pilihan dan partisipasi politik yang telah dilakukan. Dalam sistem demokrasi, kehendak rakyat merupakan dasar bagi keabsahan pemerintahan.
3.      Mekanisme pergantian elit politik
Dengan pemilu, rakyat dalam kurun waktu tertentu dapat mengganti elit politik dengan yang lainnya berdasarkan pilihannya. Putusan tersebut bergantung pada penilaian rakyat terhadap kinerja para elit politik di masa lalu. Jika para elit politik yang telah dipilih di masa lalu dianggap tidak mampu memenuhi harapan rakyat, orang itu cenderung tidak akan dipilih kembali kemudian menggantinya dengan elite politik yang baru.
4.      Pendidikan politik
Fungsi pendidikan politik melalui pemilu merupakan pendidikan yang bersifat langsung, terbuka, dan massal karena dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi. Melalui fungsi pendidikan politik inilah pemilu berperan sebagai sarana pengembangan budaya politik demokratis. Oleh sebab itu, pemilu harus dilaksanakan secara demokratis pula.



B. Makna Pemilu
Sebagai bangsa yang ingin maju dan mendambakan perubahan paling tidak harus tahu apa makna dari pemilu itu sendiri. Pemilu memiliki makna strategis dalam proses berdemokkrasi Pemilu menunjukanbeberapa besar dukungan rakyat kepada pejabat atau partai politik. Sarana bagi kita untuk melakukan kesepakatan politik baru dengan partai politik, wakil rakyat dan penguasa. Sebagai sarana mempertajam kesepakatan pemerintah dan anggota legislatif terhadap aspirasi rakyat. Bangsa kita adalah bagaikan bayi yang baru merangkak akan tetapi ingin langsung berlari, makanan yang harus kita makan adalah sereal atau bubur tapi kita langsung makan mangga dan itu mustahil terjadi seperti apa yang dikatakan Eep Saepulloh fatah dalam bukunya yang berjudul " Bangsa saya yang menyebalkan " yaitu bangsa Indonesia bangsa yang pongah yaitu bangsa yang sombong dan angkuh akan kekuasaan yang belum temntu ia menguasainya. Kita bangsa Indonesia jangan pernah salah lagi dan terus mengulangi kesalahan dalam memilih pemimpin yang akan memperkosa kesejahteraan rakyat. Mulai saat ini kita harus jadi memilih pemimpin yang akan memimpin negara yang kita cintai ini. Menurut Imam al–Mawardi dalam kitab al- ahkam as- Sulthaniyah mengajukan lima kriteria seorang pemimpin yakni :
  • Adil dan jujur
  • Berpengetahuan
  • Sehat wal 'afiat
  • Arif dalam bertindak
  • Tegas dan berani
Beberapa ulama menambahkan syarat lain seperti mampu mengedepankan kepentingan umum, dan memiliki kualitas moral yang baik. Kriteria diatas tentunya bisa menghindarkan kita dari memilih pemimpin yang KKN, melanggar HAM, melakukan kejahatan lingkungan dan kejahatan seksual yang akan menyengsarakan rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia yang bermayoritas kalangan menengah sampai kebawah, harus mempunyai iman yang kuat, jangan sampai kita masuk kedalam lingkaran politik uang. Politik uang atau money politictadalah suap menyuap. Islam melarang tentang suap menyuap. Disamping itu, adanya politik uang di pemilu, akan merugikan kita sendiri karena menghasilkan pemimpin yang tidak bermoral, karena dukungan diperoleh dengan membeli bukan di sarkan pada kriteria yang di tetapkan. Dan bahkan yang lebih parah lagi
pemimpin yang di pilih untuk menuntut mengembalikan uang yang telah dikeluarkannya, tentu korupsilah yang akan di lakukannya.
C. Sistem Pemilu
Selama ini secara umum dikenal dua sistem pemilu yaitu
1. Sistem distrik
yaitu suatu bentuk pemilu dimana para pewmilih dikelompokkan kedalam distrik-distrik yang penentuannya berdasarkan jumlah penduduk pemilih distrik
  1. Keunggulan sistem distrik
Melahirkan kualitas wakil terpilih dan dapat dipertanggungjawabkan yang menjadi focus pemilihan. Didalam sistem ini bukanlah organisasi politik melainkan individual yang mewakili atau dicalonkan oleh organisasi politik disuatu distrik Kekuatan hubungan rakyat dengan yang dipilih menjadi erat karena rakyat langsung memilih siapa yang menjadi calonnya. Persaingan sehat sehingga cukup adil untuk menang
  1. Kelemahan sistem distrik
Tanpa komitmen yang kuat pada demokrasi, kemenangan dari suatu calon belum tentu akan mewakili aspirasi murni seluruh masyarakat pemilih distriknya dengan kata lain "kita dan mereka".
Melahirkan marginalisasi partai-partai kecil.
2. Sistem poroposional
Yaitu sistem perwakilan berimbang menawarkan beberapa kursi untuk diperebutkan dalam suatu wilayah. Contoh partai x,y dan z mempunyai suara 70%, 20% dan 10% maka x mendapatkan 7 kursi, y mendapatkan 2 kursi dan z mendapatkan 1 kursi berbeda dengan sistem distrik.
a.       Keunggulan Sistem Proporsional
jumlah wakil setiap partai sesuai dengan jumlah suaranya yang diperoleh dalam pemilu secara nasional. Lebih adil, karena memberi peluang bagi setiap golongan Tidak terjadi distorsi seperti dalam system distrik
b.      Kelemahan Sistem Proposional
Mempermudah terjadinya fragmentasi baru yaitu kurang mendorong untuk bekerja sama sehingga mempertajam perbedaan. Banyak partai bersaing dan menyulitkan suatu

partai untuk meraih suara mayoritas